Langsung ke konten utama

aku dan dia

Dia, iya dia. Awalnya aku ga pernah punya rasa seperti ini buat dia. Sampai akhirnya waktu yang membawa kita bersama. Entah apa yang membawanya kepada ku, aku pun tak pernah tanya yang aku tahu saat itu hanya bahwa aku dan dia sama-sama merasakan bahagia. Lalu untuk apa aku menanyakan pertanyaan yang memang tak perlu aku tau. Bukan rasa nyaman yang aku dapat dari hubungan aku dan dia, aku ga bisa nahan perasaan itu. 
Saat itu aku mulai pergi dari hidupnya, walaupun begitu dia terkadang masih sering datang dalam kehidupan ku. Namun seiring waktu dia pun menghilang seperti jalan yang ku tempuh memang menjauh darinya. Lagi-lagi waktu. Entah sihir apa yang membawa ku merindukannya. Aku dan dia kembali membuat satu jalan cerita. Dari awal memang aku merasa aku dan dia tidak pernah menjadi kita. Waktu berlalu begitu cepat, sudah sekitar 4 tahun dia bolak-balik ke cerita ku memainkan hati yang hampir mati. Hingga aku tak mengerti lagi kenapa dia berlaku seperti bukan dia yang ku kenal. 
Namun dibalik hati ku pun aku tetap percaya bahwa inilah dia yang sebenarnya. Tapi rasanya dia yang sekarang benar-benar berbeda. Bukan hanya tak ada rasa cinta. Entah aku tak mengerti. Ah, iya aku pura-pura tak mengerti. Dia seperti hanya ingin mempermainkan ku. Lalu haruskah ku biarkan dia mempermainkan hati ini? Tunggu,berkali-kali juga emosi ku terpancing oleh sikapnya. Aku tau ini semua hanya permainannya. Tapi kenapa rasanya susah untuk keluar dan tidak ikut bermain bersamanya kembali? Susah. Aku benci seperti ini. 
Akhir-akhir ini yang sering aku dan dia torehkan dalam kisah hanya kata romantis untuk menutupi sakit hati yang aku dan dia miliki, menutupi rasa yang sebenarnya saling membenci, menutupi perang ego yang tidak ada satupun dari aku dan dia yang ingin mengalah. Hingga kata apapun yang manis akhirnya akan pahit karena pertarungan ego. Iya dia bukanlah dia yang dulu lagi. KINI SETIAP PERANG EGO ITU TERJADI DAN MENYEBABKAN PERTARUNGAN DIANTARA AKU DAN DIA SELALU AKU YANG KALAH. RASANYA SAKIT. HARUSKAH AKU BERTAHAN MEMBESARKAN EGO? AKU SAYANG DIA. Tapi dia… entahlah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

My First #SOCOBOX

Hay Guys.. Udah lama aku gak cerita disini, karena kemarin-kemarin lagi punya sedikit waktu jadi cuma bisa isi blog dengan sajak-sajak aja. But, sekitar dua bulan yang lalu aku dapat email dari soco yang isinya mengajak aku untuk ikutan challenge yang berhadiahkan #socobox.  Awalnya, aku cuma iseng ikutin rulesnya dan gak berpikiran menang. Akupun juga gak tau kapan waktu pengumuman dari challenge tersebut. Karena kesibukan ku waktu itu harus keluar kota dan gak sempet cek email dalam beberapa hari.  Singkat cerita aku udah mulai kerja lagi dikantor dan harus cek email yang berhubungan dengan pekerjaan ku, aku menemukan email dari soco lagi yang ternyata sudah dari dua hari yang lalu. Ternyata aku menang challenge dan berhak mendapatkan #socobox. Yeayyy!  Tapi hampir saja aku batal mendapatkan #socobox tersebut karena dalam waktu 30 menit lagi batas konfirmasi data pemenang akan berakhir. So, setelah menunggu hampir satu bulan akhirnya #socobox datang ke rumah...

1 Tahun Berikutnya

Huuu.. Mungkin memang ku cinta.. Mungkin memang ku sesali.. Pernah tak hiraukan rasamu dulu.. Dulu iyaa duluuuu banget, pertama aku bertemu dengannya sekitar 6 tahun yang lalu. Masih kecil, iyaa. Masih polos, banget. Masih ngegemesin, iyaa iya bangeett. Hahaha.. Kami teman sekelas saat tahun pertama di sekolah menengah pertama, suka bercanda sih karena duduknya deketan. Kenal banget? engga banget haha. Habis kenakikan kelas kita gak sekelas lagi. Gak pernah ada obrolan lagi diantara kami. Masih satu sekolah kok.. Waktu berlalu gitu aja, 3 tahun setelah itu tiba-tiba dia membuka kolom obrolan kami lagi, banyak hal yang dibicarakan hingga banyak perubahan yang terjadi antara kami, kami menjadi lebih akrab dari sebelumnya. Aku merasa senang saat itu tapi beum sampai bahagia, kami pun harus mengakhirinya karena kecuigaan ku padanya. Aku mengabaikannya yang saat itu masih ingin bersama, hingga akhirnya dia benar-benar tak terlihat lagi olehku. Akupun tak pernah mencarin...

bintang ku

saat mentari menyebar sinarnya keseluruh penjuru namun aku tak jua merasakan sinarnya aku terhalangli oleh dinding-dinding tua yg begitu kokoh aku berlari kesana kemari, berpindah-pindah demi mendapatkan sinarnya namun akupun tak jua mendapatkannya dengan keletihan yg telah menghabiskan seluruh sisa tenagaku aku masih sanggup melangkahkan kaki selangkah demi selangkah tak ku kira waktu begitu cepat berlalu saat aku hanya mampu bersandar pada dinding yg berjendela bintang datang menghampiri dengan terang bulan tak ku sangka hadirnya membawa semangat baru aku merasakan sesuatu yg tlah hilang dan kini kembali ^_^ terimakasih bintang ku..